Sabtu, 09 Januari 2010

Laporan Observasi Anak Berkesulitan Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Di Indonesia dari seluruh siswa SD dan SMP (Depdiknas, Badan Peneliti dan Pengembangan, 2003) terdapat sekitar 10 – 15 % anak-anak yang mengalami kesulitan/hambatan dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari prestasi mereka dalam hasil belajarnya di kelas.
Pada umumnya bagi anak-anak yang dalam prestasi belajarnya sangat rendah atau bahkan mereka tidak dapat naik kelas, para guru di SD atau di SMP terhadap anak-anak tersebut tidak melakukan perbaikan/layanan yang signifikan terhadap anak yang rendah prestasi belajarnya, bahkah para guru cenderung telah memvonis mereka tidak dapat diperbaiki.
Banyak orang, termasuk sebagian besar para guru, tidak dapat membedakan antara kesulitan belajar dengan tunagrahita. Tampa memahami hakekat kesulitan belajar, akan sulit pula menentukan jumlah anak berkesulitan belajar sehingga pada gilirannya juga sulit untuk membuat kebijakan pendidikan bagi mereka.
Sebenarnya apa yang terjadi di SD terhadap anak-anak yang mengalami kesulitan belajar ada yang masih dapat diperbaiki/ditingkatkan prestasinya, dan ini tergantung pada faktor penyebanya, karena anak yang mengalami kesulitan belajar sifatnya ada yang permanen dan ada juga yang temporer.
Anak yang mengelami kesulitan belajar yang permanen umumnya karena faktor internal, yaitu faktor yang disebabkan karena gangguan pada proses psikologis dasar, yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gannguan ini akan nampak dalam bentuk kesulitan mendengar, melakukan penalaran, membaca, menulis, melafalkan, dan meklakukan perhitungan matematika.
Sedangkan anak yang mengalami kesulitan belajar yang temporer, yaitu karena faktor eksternal yang disebabkan karena kesalahan memberikan layanan misalnya : kurikulum, pendekatan, metode, strategi belajar, guru, alat dan media pembelajaran, kurangnya motivasi, dll. Jadi khusus untuk anak yang mengalami kesulitan belajar yang temporer sebenarnya masih dapat diperbaiki oleh guru kelasnya masing-masing.
Berdasarkan uraian di atas, maka tugas observasi ini dilaksanakan yaitu untuk mengidentifikasi dan menganalisis anak-anak yang mengalami kesulitan belajar di SD khususnya kelas tiga sampai kelas lima, sehingga secara faktual akan dapat menemukan anak-anak yang termasuk pada kesulitan belajar permanen atau temporer.

B.Rumusan Masalah
Agar lebih terarah dalam pelaksanaan observasi ini, maka rumusan masalah dalam penyusunan laporan observasi ini adalah sebagai berikut :
“Apa Yang dimaksud dengan Anak Berkesulitan Belajar?”,

C.Tujuan Observasi
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Observasi ini adalah :
1.Untuk mengetahui siapa Anak Berkesulitan Belajar Spesifik.
2.Untuk Mengidentifikasi Anak Berkesulitan Belajar dalam hal membaca, menulis dan berhitung/matematika.
3.Untuk menganalisis permasalahan yang tampak pada Anak yang mengalami kesulitan Belajar.
4.Untuk memberikan rekomendasi kepada pihak terkait untuk pembelajaran Anak yang mengalami kesulitan belajar.

D.Prosedur Penyusunan Laporan
1.Pengumpulan Data
Observasi ini dilaksanakan di SDN Lembursitu Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur, khususnya di kelas V, sebagai bahan untuk melakukan observasi. Pertama-tama melakukan wawancara dengan guru kelas, tentang anak-anak yang prestasinya rendah, kemudian mengumpulkan/meminjam buku raport anak-anak tersebut.
Setelah melakukan analisis terhadap buku raport, maka dipilih sebanyak 3 siswa sebagai obyek observasi, selain itu pula catatan-catatan anak di pinjam/dicopy sebagai bahan observasi, juga sebagai dokumen pelengkap dalam pelaksanaan Observasi ini.


2.Teknik Pengumpulan Data
a.Wawancara, dilakukan terhadap guru kelas dan orang tua siswa, dalam rangka memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai kondisi siswa baik di sekolah maupun di rumah.
b.Observasi, yaitu dalam rangka memperoleh data kemampuan anak dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan terutama dalam membaca dan berhitung/matematika, sedangkan untuk menulis cukup dengan mengamati hasil tulisan siswa di buku catatan masing-masing.
c.Studi Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data tentang anak yang berhubungan dengan kemampuan anak seperti buku raport, catatan peribadi siswa dll.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anak Berkesulitan Belajar
1. Pengertian
Kesulitan belajar merupakan terjemahan istilah bahasa Inggris Learning disability, terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan; sehingga terjemahan yang benar seharusnya ketidakmampuan belajar. Istilah kesulitan belajar digunakan karena dirasakan lebih optimistis.
Definisi Kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States Office of Education (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal Public Law (PL) 94-142, yang hampir identik definisi yang dikemukanan oleh The National Advisory Communittee on Handicapped Children pada tahun 1967. Definisi tersebut seperti dikutif oleh Hallahan, Kauffman, dan Lloyd, dalam Molyono Abdurahman (1985 : 5) seperti berikut ini :
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dari satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau kerena kemiskinan, budaya, atau ekonomi.


Hearing menambahkan (1974) “Learning disability is a behavioral deficit almost always associated with academic performance and that can be remediated by precise individual intruction programming”.
Definisi-definisi yang dikemukakan di atas menunnjukkan learning disability tidak digolongkan ke dalam salah satu keluarbiasaan, melainkan merupakan kelompok tersendiri. Kesulitan belajar lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori maupun ekspresif di dalam proses belajar.
Anak-anak berkesulitan belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang bisa menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan perseptual-motorik tertentu atau kemampuan berbahasa.
2.Hakekat Anak Berkesulitan Belajar
a. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki inteligensi rata-rata hingga superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya.
b.Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor psikogenik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
c. Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi, dan atau kemampuan verbal dan atau non verbal. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga superior, yang memiliki sistem kesulitan belajar.
3.Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar
a.Kesulitan membaca
Kesulitan belajar sering disebut juga dislexsia. Perkataan deslixsia berasal dari Yunani yang berarti kesulitan membaca. Menurut Lerner yang dikutip oleh Mencer (1979:200) pengertian kesulitan belajar membaca sangat bercariasi tetapi semuanya menunjukkan pada adanya gangguan fungsi otak. Hornsby (1984:9) mendefinisikan tidak hanya kesulitan membaca tetapi juga menulis.
Dari kedua pengertian di atas kesulitan belajar membaca dapat ditarik persamaan yaitu adanya gangguan fungsi otak dan perbedaannya adanya kesulitan membaca pada umumnya juga kesulitan menulis.
Anak berkesulitan membaca sering memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Menurut Mencer (1983:309) ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca yaitu a. kebiasaan membaca b. kekeliruan mengenal kata c. kekeliruan pemahaman d. Gejala-gejala serbaneka. Pendapat Vernor yang juga dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984:164) mengemukakan perilaku anak berkesulitan membaca sebagai berikut :
1)Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan.
2)Tidak mampu menganalisa kata menjadi huruf-huruf
3)Memiliki kekurangan dalam memori visual.
4)Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi audiotoris.
5)Tidak mampu memahami simbol bunyi.
6)Kurang mampu mengintegrasikan penglihatan dan pendengaran.
7)Kesulitan dalam mempelajari asosiasi simbol-simbol ireguler.
8)Kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf-huruf.
9)Membaca kata demi kata.
10)Kurang memiliki kemampuan dalam berpikir konsepsual.
b.Kesulitan Menulis
Dari beberapa definisi tentang menulis dapat disimpulkan bahwa :
1)Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi.
2)Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis, dan.
3)Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.
Proses belajar menulis pada hakekatnya merupakan suatu proses neurofisiologis. Pada saat menulis akan terjadi peningkatan aktivitas pada susunan syaraf pusat dan bagian-bagian organ tubuh. Rangsangan dari lingkungan diterima oleh alat indra, dan selanjutnya diteruskan ke susunan syaraf pusat untuk mengaktifkan otot-otot lengan, tangan, dan jari-jari untuk menulis sebagai respons terhadap rangsangan yang diterima.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia, kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil, karena masalah motorik, kesulitan dalam posisi menulis, dan memiliki masalah dalam keruangan, sehingga huruf tidak tinggal atau berada di atas garis, huruf tidak terbentuk pada posisinya yang benar, dan keberadaan huruf dan kata. Huruf dan kata terlalu terpisah panjang atau terlalu saling menutupi atau kata-kata saling jungkir balik pada garis batas.
4.Kesulitan Berhitung/Matematika
Kesulitan belajar matematika adalah pada umumnya yaitu kurangnya kelancaran dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Secara khusus Lerner dalam Mulyono (1981), membagi tipe kesulitan belajar sebagai berikut :
a.Gangguan hubungan Keruangan
Adanya kondisi intrinsik yang diduga kerena disfungsi otak dan kondisi ekstrinsik berupa lingkungan sosial yang tidak menunjang terselenggaranya komunikasi dapat menyebabkan anak mengalami gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan. Adanya ganguan dalam memahami konsep-konsep keruangan dapat mengganggu pemahaman anak dalam sistem garis bilangan secara keseluruhan, sehingga anak mungkin tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 dari pada ke angka 6.
b.Abnormalitas Persepsi visual
Kemampuan melihat berbagai obyek dalam kelompok merupakan dasar yang sangat penting yang memungkinkan anak dapat secara cepat mengidentifikasi sejumlah obyek dalam suatu kelompok.
Anak yang mengalami abnormalisasi persepsi visual akan mengalami kesulitan bila mereka diminta untuk menjumlahkan dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Juga anak yang tergolong pada kelompok ini sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri. Bentuk persegi mungkin dilihat anak sebagai garis-garis yang tidak saling terkait, mungkin sebagai segi enam, atau mungkin lingkaran.
c.Asosiasi Visual-Motor
Anak tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya satu, dua, tiga, empat, lima. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi telah mengucapkan lima atau sebaliknya, telah menyentuh benda yang ke lima baru menyebutkan tiga.
d.Perseverasi
Anak yang perhatiannya melekat pada suatu obyek saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Anak demikian mungkin pada mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama kelamaan perhatiannya melekat pada suatu obyek tertentu, misalnya :
4+3=7 5+3=8 5+2=7 5+4=9 4+4=9 3+4=9 3+4=9
Anka 9 diulang beberapa kali tampa memperhatikan kaitannya dengan soal matematika yang dihadapi.
e.Kesulitan Mengenal dan Memahami Simbol
Kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti : +, -, :, x, =, >, < dan sebagainya
f.Gangguan Penghayatan Tubuh
Anak merasa sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri.
g.Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca

B.Identifikasi Anak Berkesulitan Belajar Membaca. Menulis, dan Berhitung
I.Identifikasi Siswa Ke satu
a.Data siswa
Nama : Nara Moch Tanaja (NR)
Tempat/Tgl. Lahir : Cianjur, 06-08-1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : V
Nama Ayah : Ali Rahman Rharis
b.Prestasi Siswa
Prestasi belajar seluruh mata pelajaran yang diperoleh dari nilai Raport oleh NR dari kelas satu sampai kelas empat pada umumnya masih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mempermudah menjelaskan keseluruhan prestasi belajar NR, maka di bawah ini akan dijelaskan dengan grafik sebagai berikut :
(Grafik Hilang)

Melihat grafik di atas berdasarkan hasil nilai raport NR, sebenarnya Prestasi belajarnya masih ada pada posisi rata-rata, karena dari data raport NR, hanya ada mata pelajaran Matematika yang mendapat nilai 55, sedangkan mata pelajaran lainnya mendapat nilai di atas nilai 60.
c.Informasi Lain tentang Anak
NR dalam keseharian di kelas rajin ke sekolah, tetapi ketika belajar di kelas kelihatan agak malas belajar dan perhatiannya kuran konsentrasi, sedang pergaulan dengan temannya sangan baik, dapat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Di rumah sepulang sekolah NR malas belajar dan senang bermain, sedang orang tuanya tergolong ekonomi lemah sehingga kurang memberikan perhatian terhadap anak-anaknya.
II.Identifikasi Siswa Ke dua
a.Data siswa
Nama : Muhammad Yadin. S (MY)
Tempat/Tgl. Lahir : Cianjur, 09-11-1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : V
Nama Ayah : U. Sobana
b. Prestasi Siswa
Prestasi belajar seluruh mata pelajaran yang diperoleh dari nilai Raport oleh MY dari kelas satu sampai kelas empat pada umumnya termasuk pada anak yang memiliki nilai rata-rata, mendekati atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), untuk mempermudah menjelaskan keseluruhan prestasi belajar MY, maka di bawah ini akan dijelaskan dengan grafik sebagai berikut :
(Grafik Hilang)

Berdasarkan Dari grafik di atas, sebenarnya MY pada awalnya memiliki prestasi belajar yang cukup baik, tetapi setelah naik ke kelas II terlihat agak menurun, meskipun di kelas III dan IV terlihat ada peningkatan prestasi belajarnya, dengan demikian untuk sementara MY prestasi belajarnya masih tergolong kepada anak yang memiliki prestasi rata-rata, karena dari nilai rapot yang ada nilai semua mata pelajarannya di atas 60.

c.Informasi Lain tentang Anak
MY dalam keseharian di sekolah termasuk kepada anak yang baik, rajin ke sekolah, tetapi tingkah lakunya terlihat agak murung atau tidak terlihat percaya diri. Bahkan dalam pergaulan dengan teman-temannya MY selalu mengalah. Di kelas MY dalam belajar perhatiannya terhadap pelajaran baik, dan tidak memperlihatkan tingkah laku yang nakal. Di rumah MY jarang main lebih senang diam di rumah melihat TV,l tetapi dalam mengerjakan PR sering tidak dikerjakan.
III.Identifikasi Siswa Ke tiga
a.Data siswa
Nama : Mia Agustina (MA)
Tempat/Tgl. Lahir : Cianjur, 11-08-1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : V
Nama Ayah : Ajat Sudrajat
b.Prestasi Siswa
Prestasi belajar seluruh mata pelajaran yang diperoleh dari nilai Raport oleh MA dari kelas satu sampai kelas empat pada umumnya masih rendah, berdasarkan pada Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM), untuk mempermudah menjelaskan keseluruhan prestasi belajar MA, maka di bawah ini akan dijelaskan dengan grafik sebagai berikut :
(Grafik hilang)
Berdasarkan grafik di atas Prestasi belajar MA di bawah sedikit dari KKM yang telah ditetapkan, tetapi apabila dilihat perolehan nilai dari kelas satu sampai kelas IV sebenarnya ada peningkatan meskipun tidak signifikan, tetapi ada salah satu mata pelajaran yaitu matematika yang mendapat nilai di bawah 60.

c.Informasi Lain tentang Anak
MA di kelas dapat mengikuti pelajaran dengan baik, konsentrasi dalam belajar baik, melaksanakan tugas-tugas di sekolah dapat dikerjakannya, sedang dalam pergaulan dengan teman-temannya MA sangan baik, bahkan penampilannya periang, meskipun MA tinggalnya dengan neneknya, karena ibunya telah meninggal dunia, sedangkan ayahnya kurang memperhatikan MA karena sibuk berjualan di warung.

C. Analisis Permasalahan Yang Tampak Pada Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar.
1. Observasi Membaca, Menulis, dan matematika
Apa yang diuraikan terdahulu adalah gambaran secara keseluruhan tentang kemampuan/prestasi anak berdasarkan data dari hasil wawancara dengan guru dan orang tua siswa, serta hasil analisis dari buku laporan Pendidikan yang diperoleh tiap-tiap siswa yang akan diobservasi, yang menggambarkan prestasi belajar siswa dengan perolehan nilai-nilai pada tiap mata pelajaran.
Untuk melihat permasalahan yang tampak pada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, maka disusunlah bahan-bahan untuk melakukan observasi tersebut, diantaranya untuk membaca membuat/mencari wacana yang sesuai dengan tingatan kelas, dengan maksud untuk mengamati anak ketika membaca dan ingin mengatahui sejauh mana anak dalam menguasai isi bacaan tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam wacana tersebut. (wacana ada pada lampiran laporan ini).
Dalam kegiatan menulis cukup dengan mengamati dan menganalisis catatan-catatan anak yang sebelumnya telah dipersiapkan dengan mengcopy dari buku anak-anak tersebut. Kemudian dari catatan tersebut ditelaah hasil tulisan-tulisan anak, yang kemudian ditandai jenis kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anak dalam menulis (hasil Telaahan tulisan anak ada pada lampiran laporan ini).
Sedangkan untuk observasi berhitung/matematika, dibuatkan soal-soal yang sederhana dengan oprasi matematika yang dasar sekali seperti Penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dengan jumlah bilangan tidak sampai 500. hal ini dilakukan karena oprasi matematika yang telah dijelaskan di atas merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh setiap anak dalam belajar matematika, (Soal-soal bahan observasi ada pada lampiran laporan ini).
2.Permasalahan Yang Tampak Setelah dilakukan Observasi
a. Membaca
Setelah dilakukan observasi terhadap ketiga anak dalam membaca, maka dapat dijelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh ketiga anak tersebut, diantaranya :
1)Adanya penghilangan huruf dan suku kata ketika membaca, misalnya november jadi novemben, dialami jadi diami, menyuapi jadi menuapi.
2)Adanya baris kalimat yang tidak dibaca karena dilewati ketika membacanya.
3)Semua tanda baca dalam bacaan oleh ketiga anak tidak diperhatikan sama sekali.
4)Terdapat kesalahan ucapan kata dalam membaca, misalnya : hulu jadi hutan, tanah jadi tahan, mulai jadi pulai, berhasil jadi berasal.
5)Dalam memahami isi bacaan ketiga anak tidak dapat menjawab pertanyaan yang ada pada wacana dengan benar dan tepat
Maka berdasarkan hasil dari observasi terhadap ketiga anak tersebut dalam membaca, dapat diambil kesimpulan anak yang paling berat dalam membaca yaitu MA, karena setelah membaca MA tidak satupun dapat menjawab pertanyaan dari isi wacana tersebut, dengan demikian MA berdasarka teori yang telah dikemukakan terdahulu dapat dikelompokkan pada anak yeng mengalami kesulitan dalam belajar membaca.
b. Menulis
Dari hasil mengamati hasil catatan ketiga anak yaitu : NR, MY, dan MA ada beberapa kesalahan dalam menulis diantaranya :
1)ketiga anak kurang memperhatikan spasi dan tanda baca ketika menulis.
2)Hasil tulisan rata-rata kurang dapat dibaca atau sulit dimengerti bahkan ada yang tidak dapat dibaca sama sekali.
3)Kurang mampu dalam pemenggalan kata, sehingga ketika menulis sudah diujung kertas anak sembarang dalam menuliskan kata/hurufnya, misalnya menggunakan jadi dipenggalnya di ujung mengg-unakan.
4)Kesalahan menuliskan huruf misalnya; makam ditulis makan, keraton jadi koroten, sudah jadi budah, sejak ditulis jadi gejak, buda ditulis jadi hudha, dll.
5)Penulisan huruf banyak yang salah misalnya h ditulis jadi n, l ditulis jadi k, e ditulis jadi o, huruf a ditulis jadi o, dll.
6)Ukuran huruf dan penggunaan huruf kapital tidak diperhatikan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tulisan NR, MY, dan MA dapat di simpulkan dari banyaknya kesalahan-kesalahan dalam menulis, maka NR dapat digolongkan pada anak yang mengalami kesulitan menulis, meskipun MA dan MY juga sebenarnya mengalami kesulitan dalam menulis, tetapi masih dapat diperbaiki.
c. Matematika/Berhitung
Dari hasil pekerjaan anak dalam menjawab soal-soal matematika, maka dapat diuraikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh NR, MY, dan MA dalam menjawab soal-soal tersebut adalah sebagai berikut :
1)Tidak memahami lambang oprasi hitung, seperti tanda +, -, x, dan : , misalnya 20-8 = 28, 20:4 = 400, 23-4 = 23
2)Dalam Penjumlahan satuan dan puluhan dijumlahkan, seperti 15+4 = 55, 12+6 = 72, 13+7 = 83, dll
3)Dalam oprasi pengurangan anak belum mampu menggunakan teknik pinjam ke bilangan yang lebih besar, misalnya 24 – 6 = 22, 32 -7 = 39, dll.
4)Dalam oprasi perkalian anak masih ada yang belum memahaminya, misal 5 x 7 = 50, 5 x 8 = 27.
5)Dalam Oprasi perkalian ke bawah anak masih tertukar antara nilai tempat satuan dengan nilai tempat puluhan, misalnya :
15 14 13 12
15x 4x 3x 2x
72 86 93 42
Berdasarkan kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soal-soal matematika, maka anatara NR, MY, dan MA ketiganya sebenarnya mengalami kesulitan dalam belajar berhitung, karena sebenarnya materi soal yang diberikan adalah soal-soal untuk kelas rendah, sedangkan NR, MY, dan MA sudah kelas V. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga anak tersebut termasuk kepada anak yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika.

C.Rekomendasi
Berdasarkankan hasil dari observasi yang telah dilaksanakn terhadap siswa kelas V SDN Lembursitu Kecamatan Cianjur, maka dapat ditemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh NR, MY, dan MA dalam kegiatan membaca, menulis, dan matematika, sehingga dari hasil temuan ini dapat direkomendasikan kepada :

1.Guru Kelas
a.Hasil Observasi terhadap NR, MY, dan MA, sebenarnya ketiga anak tersebut dapat dikatagorikan sebagai anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca, menulis dan matematika.
b.Berdasarkan kondisi anak yang telah dikemukakan di atas, diharapkan agar guru kelas melakukan tindakan yang sesuai dengan kondisi masing-masing anak dengan cara meneliti faktor penyebab kepada anak, agar dapat menetapkan perencanaan dalam rangka perbaikan prestasi belajar anak.
c.Melakukan konsultasi dengan pihak SLB, agar dapat memperoleh solusi terbaik dalam memberikan layanan pendidikan terhadap anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca, menulis, dan matematika.
2.Kepala Sekolah
Dalam rangka meningkatkan layanan pendidikan yang bermutu terhadap peserta didiknya, seyogianya kepala sekolah agar lebih dini menginstruksikan kepada tiap-tiap guru kelas, apabila dikelasnya terdapat anak yang prestasi belajarnya rendah agar secepatnya berkonsultasi dengan rekan yang lainnya, atau berkonsultasi dengan pihak SLB terdekat, sehingga akan lebih dini dapat teratasi.
3.Orang tua siswa
Pada dasarnya pendidikan yang utama adalah di rumah, maka dengan demikian orang tua harus bertanggung jawab dan berperan aktif terhadap perkembangan prestasi belajar anak-anaknya, dan diharapkan agar selalu memperhatikan perkembangan belajar anak di sekolah.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Anak Berkesulitan Belajar adalah anak yang mengalami gangguan/hambatan dalam perkembangan belajarnya, sebagai akibat dari terganggunya proses psikologis dasar, yang berakibat pada tergangguntya perkembangan bahasa, persepsi, bicara, berhitung, dan motorik. Biasanya anak berkesulitan belajar memiliki tingkat Intelegensi rata-rata, bahkan ada yang di atas rata-rata.
Dari hasil identifikasi terhadap siswa kelas V SDN Lembursitu Kec. Cianjur, sebelum dilakukan observasi, maka kondisi anak sebenarnya masih berada pada kelompok mereka yang memeliki prestasi belajar rata-rata. Karena hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai di dalam raport siswa masing-masing, masih termasuk pada kelompok anak yang tidak memiliki kesulitan dalam belajar.
Tetapi setelah dilakukannya observasi dan pengamatan terhadap ketiga siswa tersebut, kemudian dianalisis hasil pekerjaannya, maka sangat kelihatan sekali bahwa mereka mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan matematika. Sehingga penilaian yang diberikan oleh guru kelas terhadap siswanya dalam bentuk buku raport, tidak mencerminkan penilaian yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, maka ketiga anak yang diobservasi tersebut yaitu NR, MY, dan MA dapat digolongkan kapada anak yang mengalami kesulitan belajar membaca, menulis, dan matematika. Karena meskipun mereka diberi tugas membaca dan mengerjakan soal matematika yang sederhana dan mudah masih banyak kesalahan-kesalahannya.yang dilakukan ketiga anak tersebut.

B.Penutup
Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar adalah merupakan bentuk layanan terhadap anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca, menulis, dan matematika. Dengan selesainya tugas observasi ini diharapkan para mahasiswa akan dapat memahami betul tentang konsep Anak Berkesulitan Belajar, dari aspek penyebab, klasifikasi, karakteristik, dan upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meminimalisir kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Agar mereka (anak yang mengalami kesulitan dalam belajar) dapat menyelesaikan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, (2009) Identifikasi Hambatan Perkembangan Belajar dan Pembelajarannya. Makalah Work Shop.
Mulyono Abdurahman, (1999), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sutjihati, (2006), Psikologi Anak Luar Bias, Bandung: PT. Refika Aditama.
Yuyus Suherman, (2009), Adaptasi Pembelajaran Siswa Berkesulitan Belajar, Bandung; Rizqi Press.

Tidak ada komentar: