Minggu, 13 Mei 2012

Pelaksanaan Menejemen Kepala Sekolah


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Profil SLB Permata Ciranjang
SLB Permata Ciranjang berdiri pada tahun 2003, oleh penulis sendiri dirintis mulai pada tahun 2002, yang pada awalnya penulis merupakan guru di SLB AB Bina Asih Cianjur, karena penulis pada saat itu telah dipromosikan oleh kepala sekolah untuk mengikuti diklat kepala sekolah.
Dengan dirintisnya SLB Permata Ciranjang maka pada sa.................
Mangga lanjutken ku ibu atw p tatang....isi we ku profil sekolah.......
B.     Konsep Dasar Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi
orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organsisasi. Sutisna
(1993) merumuskan kepemimpinan sebagai “proses mempengaruhi  kegiatan
seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi
tertentu”.
Sementara Soepardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
“kemampuan  untuk menggerakkkan,  mempengaruhi,  memotivasi, mengajak,
mengarahkan,  menasihati  membimbing,  menyuruh,  memerintah,  melarang,
dan  bahkan menghukum  (kalau  perlu), serta membina dengan  maksud agar
manusia  sebagai  media  manajemen  mau  bekerja  dalam  rangka  mencapai
tujuan  administrasi  secara  efektif  dan  efisien”. 
Hal  tersebut  menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya; adanya pengikut; serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi. Unsur-unsur  yang  terlibat  dalam  situasi  kepemimpinan  adalah  : 
1.    Orang yang dapat mempengaruhi orang lain di satu pihak,
2.    Orang yang dapat pengaruh di lain pihak,
3.    Adanya maksud-maksud atau tujuan-tujuan tertentu yang hendak  dicapai,
4.    Adanya  serangkaian  tindakan  tertentu  untuk mempengaruhi dan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu itu.
Berdasarkan penjelasan  yang dikemukakan  oleh  para  ahli  tesebut, maka  dapat  disimpulkan bahwa kepemimpinan  kepala  sekolah  adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah untuk memberikan pengaruh kepada  orang  lain  melalui  interaksi individu dan  kelompok  sebagai  wujud kerjasama dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

C.    Kualitas dan Perilaku Kepala Sekolah
Kualitas  dan  perilaku  kepala  sekolah  hendaknya  mencakup  hal-hal berikut :
1.      Visi yang kuat tentang masa depan sekolah, dan dorongan terhadap semua staf untuk berkarya menuju perwujudan visi tersebut.
2.      Harapan yang tinggi terhadap prestasi murid dan kinerja staf.
3.      Pengamatan terhadap guru di kelas dan pemberian balikan positif dan konstruktif dalam  rangka  pemecahan  masalah  dan  peningkatan pembelajaran.
4.      Dorongan untuk memanfaatkan waktu pembelajaran secara efisien dan merancang prosedur untuk mengurangi kekacauan.
5.      Pemanfaatan sumber-sumber material dan personil secara kreatif.
6.      Pemantauan terhadap prestasi murid secara individual dan kolektif dan  memanfaatkan   informasi   untuk   membimbing   perencanaan intruksional.

D.    Peran dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Kepala  sekolah  sebagai  pemimpin  pendidikan  dituntut  untuk melaksanakan  tugas  dan  tanggung  jawabnya  yang  berkaitan  dengan kepemimpinan  pendidikan  dengan  sebaik  mungkin,  termasuk  di  dalamnya sebagai pemimpin pengajaran (Smith & Andrews, 1989). Harapan yang segera muncul  dari  kalangan  guru,  siswa,  staf  administrasi,  pemerintah  dan
masyarakat   adalah   agar   kepala   sekolah   dapat   melaksanakan   tugas
kepemimpinan  dengan  seefektif  mungkin  untuk mewujudkan  visi,  misi  dan tujuan  yang diemban  dalam mengoperasinalkan  sekolah (Sergiovani,  1987), selain  itu  juga  memberikan  perhatian  kepada  pengembangan  individu  dan organisasi (Hanson, 1985).
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai tugas dalam menjalankan   fungsi-fungsi   manajemen   tersebut   memerlukan   adanya komunikasi  dan  kerjasama  yang  efektif  antara  kepala  sekolah  dan  seluruh stafnya.  Dengan  demikian  kepala  sekolah  mempunyai  peran  yang  sangat penting  dan  menjadi  kunci  atas  keberhasilan  terhadap  sekolah  yang
dipimpinnya  sebagaimana  dijelaskan  oleh  Davies  (1987)  bahwa  “A  school
principal  occupies  a  key  position  in  the  schooling  system”. Hal  ini  juga
didukung  oleh Dow dan Oakley (1992) yang  menjelaskan  bahwa “
Pricipal
leadership is an essential ingredient in ereating and maintaining an effective
school”. Oleh karena itu, seorang kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang mempunyai kemampuan manajerial yang handal dan visioner, yaitu  mampu  mengelola  sekolah  dengan  baik  dan  mempunyai  gambaran mental tentang masa depan yang diacu bagi sekolah yang dipimpinnya. Hal ini diperkuat oleh penjelasan Caldwell dan Spinks (1993) bahwa : “A vision as a mental picure of a preferred future for the school”.
Kepala  sekolah  mempunyai  tugas  dan  tanggung  jawab  sebagai; stateperson  leadership,  educational  leadership,  administrative  leadership, supervisory  ledership,  and  team  leadership          (Sergiovanni,  1987).
Adapun Blumberg  (1980)  menekankan  tugas  dan  tanggung  jawab  kepala  sekolah berkaitan erat dengan kompetensi manejerial dan kepemimpinan pendidikan. Berdasarkan  uraian  tersebut  di  atas,  maka  dapat  diambil  suatu kesimpulan bahwa peran dan tanggung jawab kepala sekolah pada hakekatnya erat dengan  administrasi  atau  manajemen  pendidikan,  kepemimpinan pendidikan, dan supervise pendidikan.
1.    Kepala sekolah sebagai Pemimpin (Leader) Pendidikan
Perubahan  dalam  peranan  dan  fungsi sekolah  dan  yang  statis  di jaman  lampau  kepada  yang  dinamis  dan  fungsional-konstruktif  di  era pembangunan, membawa tanggung jawab yang lebih luas kepada kepala sekolah. Pada  dasarnya  istilah  kepemimpinan  itu  dipahami  sebagai  suatu konsep yang di dalamnya mengandung makna bahwa ada proses kekuatan yang datang dari seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun secara kelompok dalam organisasi (Hanson,1985). Adapun Koontz O’Donnel dan Weihrich di dalam bukunya yang berjudul   Management   cetakan  ketujuh,   tahun 1980,  antara   lain dikemukakan, bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan secara umum, merupakan  pengaruh,  seni  atau  proses  mengetahui  orang  lain,  sehingga mereka  dengan  penuh  kemauan  berusaha  kea  rah  tercapainya  tujuan organisasi.
(Ledership is generally definet simplyas influence,  the art of process of influencing  people  so  that  they  will  strive  willingly  toward  the chievement of group goals).
Dari konsep tersebut dapat dikembangkan lebih jauh makna yang terkandung  di  dalamnya.  Makna  kata, “kemauan  keras  berusaha”  di dalamnya  mencerminkan  keinginan  keras  dengan  penuh  semangat  dan percaya  diri  (convidence  to  work  with real  andi). Arti  kata  “semangat” sebenarnya  di dalamnya  tercermin  hasrat,  kesungguhan,  dan  intensitas, dalam  melaksanakan  pekerjaan.
Demikian  pula  di  dalam  kata  “percaya diri” merefleksikan pengalaman dan kemampuan teknis (technical ability). Kata “memimpin”  mempunyai  arti  memberikan  bimbingan, menuntun, mengarahkan  dan  berjalan  di  depan (precede). Pemimpin berperilaku  untuk  membantu  organisasi  dengan  kemampuan maksimal.
Dalam mencapai tujuan. Pemimpin tidak berdiri di samping, melainkan merek memberikan dorongan  dam  memacu  (to  prod), berdiri  didepan  yang memberikan kemudahan untuk kemajuan serta memberikan inspirasi organisasi dalam mencapai tujuan.
Seseorang   pemimpin   dapat   dibandingkan   dengan   seorang pemimpin orkes  (orchestra). Pemimpin  orkes  berfungsi  menghasilkan bunyi yang terkoordinasi dan tempo yang betul, melalui usaha terpadu dari para pemain musik (instrumentalis).
Kualitas kepemimpinan director orchestra akan mengalunkan suara
yang tidak menentu (desultory fashion) atau dengan penuh kecermatan dan
antusias. Kepemimpinan  adalah  suatu  kekuatan  penting  dalam  rangka pengelolaan,  oleh  sebab  itu  kemampuan  memimpin  secara  efektif merupakan  kunci  untuk  menjadi  seorang  manajer  yang  efektif.  Esensi kepemimpinan  adalah  kepengikutan  (followership), kemauan  orang  lain atau bawahan  untuk  mengikuti  keinginan  pemimpin,  itulah  yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain pemimpin tidak akan terbentuk apabila tidak ada bawahan.
Dengan  uraian  Koontz  tersebut  kepala  sekolah  sebagai  seorang pemimpin harus mampu :
a.    Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri pada guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.
b.    Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para
siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi
kemajuan dan memberikan inspirasi sekilah dalam mencapai tujuan.
Sementara  itu  Bartky  (1965)  menjelaskan  bahwa  kepala  sekolah hendaknya menjadi pemimpin yang efektif bagi siswanya, para guru, dan orang  tua  siswa beserta  masyarakat.

Sebagai  pemimpin  siswa  kepala sekolah  diharapkan dapat  memberikan  bimbingan  dan  pembinaan  demi keberhasilan  belajar  siswa. Dalam  hal  ini Campbell  (1977)  menyatakan pembinaan  siswa mencakup  :
(1) mengembangkan  potensi-potensi dasar yang  dimiliki  oleh setiap  siswa, (2) membantu  siswa  agar  memiliki kehidupan yang lebih baik,
(3) mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, emosional, dan fisik.
Sebagai pemimpin para guru, kepala sekolah diharapkan dapat melakukan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan mereka  dalam  melaksanakan  tugasnya  secara  professional. Adapun sebagai pemimpin orang tua dan masyarakat kepalas sekolah diharapkan memberikan informasi tentang berbagai masalah yang dihadapi. Wiles dan Bondi (1983) menjelaskan bahwa kepemimpinan yang efektif berdasarkan hasil penelitiannya bersumber dari tiga factor, yaitu (1) dimilikinya  ketrampilan-ketrampilan  kepemimpinan, (2) kemampuan untuk  menyepadankan  ketrampilan  kepemimpinan  dengan tugas-tugas kelompok  yang  dipimpinnya,  dan  (3)  dipersepsinya  ia  sebagai seorang pemimpin oleh kelompoknya.
Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah :
a.    Koontz memberikan definisi fungsi kepemimpinan sebagai berikut :
“the  function  of  leadership,  therefore  is  to  induce  or  persuade  all subordinate  of  followers  to  contribute  willingly  to  organizational goals in accordance with their maximum capability”.

Mengacu  definisi  di  atas,  agar  para  bawahan  dengan  penuh kemampuan  secara  maksimal  berhasil  mencapai  tujuan  organisasi, pemimpin  harus  mampu  membujuk (to  induce)   dan  meyakinkan (persuade) bawahan.
Hal  ini  berarti,  apabila  seorang  kepala  sekolah  ingin  berhasil menggerakkan para guru, staf dan para siswa berperilaku dalam mencapai tujuan sekolah oleh karenanya kepala sekolah harus :
1)      Menghindarkan  diri  dari  sikap  dan  perbuatan  yang  bersifat
memaksa atau bertindak keras terhadap para guru, staf dan para siswa.
2)      Sebaliknya  kepala  sekolah  harus  mampu  melakukan  perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa, dengan cara :
·      Meyakinkan  (persuade), berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa yang dilakukan adalah benar.
·      Membujuk  (induce), berusaha meyakinkan  para guru, staf dan siswa bahwa apa yang dikerjakan adalah benar.
b.    Pendapat berbeda mengenai peranan kepemimpinan, dibicarakan pula H.G. Hicks  dan  C.R.  Gulleti  dalam  bukunya  yang berjudul Organization Theory and Behavior.
Menurut Hick delapan rangkaian peranan kepemimpinan (leadership  function),  yaitu : adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya  tujuan,  sebagai  katalisator,  menciptakan  rasa  aman,  sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, dan yang terakhir bersedia menghargai.
Kepala  sekolah  sebagai  pemimpin  seharusnya  dalam  praktek sehari-hari  selalu  berusaha  memperhatikan  dan  mempraktekkan  delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah.
1)      Dalam kehidupan sehari-hari kepala sekolah akan dihadapkan kepada sikap para guru, staf dan para siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan,  keoentingan  serta  tingkat  sosial  budaya  yang  berbeda sehingga  tidak mustahil  terjadi  konflik  antar  individu  bahkan  antar kelompok.
2)      Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya  harus  selalu  mendapatkan  saran,  anjuran  dari  kepala  sekolah  sehingga  dengan  saran  tersebut  selalu  dapat  memelihara       bahkan  meningkatkan  semangat,  rela  berkorban,  rasa  kebersamaan    dalam melaksankan tugas masing-masing (suggesting).
3)      Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan, dana,        sarana dan sebagainya. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan memerlukan berbagai  dukungan.  Kepala  sekolah  bertanggung  jawab untuk  memenuhi  atau menyediakan  dukungan  yang  diperlukan  oleh para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana  yang  mendukung.  Tanpa adanya  dukungan  yang  disediakan oleh  kepala  sekolah,  sumber  daya manusia yang  ada tidak  mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik (supplaying objectives).
4)      Kepala sekolah berperan sebagai kalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Patah semangat, kehilangan kepercayaan  harus  dapat  dibangkitkan  oleh  para  kepala  sekolah (catalyzing). Sesuai  dengan  misi  yang  dibebankan  kepala  sekolah, kepala  sekolah  harus  mampu  membawa  perubahan  sikap  perilaku, intelektual anak didik sesuai dengan pendidikan.
5)      Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik secara individu  maupun  kelompok.  Oleh  sebab  itu  seorang  kepala  sekolah sebagai  pemimpin  harus  dapat  meciptakan  rasa  aman  di  dalam lingkungan  sekolah,  sehingga  para  guru,  staf  dan  siswa  dalam melaksanakan tugas secara aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran,  serta memperoleh  jaminan  dari  kepala  sekolah (providing security).
6)     Seorang kepala sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala sekolah sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah di mana, dan dalam kesempatan  apa  pun.  Oleh  sebab  itu  penampilan  seorang  kepala sekolah  harus  dijaga  integritasnya,  selalu  terpercaya,  dihormati  baik sikap, perilaku maupun perbuatannya (representing).
7)     Kepala  sekolah  pada  hakikatnya  adalah  sumber  semangat  bagi  para guru,  staf   dan  siswa.  Oleh  sebab  itu  kepala  sekolah  harus  selalu membangkitkan  semangat,  percaya  diri  terhadap  para  guru,  staf  dan siswa,  sehingga  mereka  menerima  dan  memahami  tujuan  sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab ke arah tercapainya tujuan sekolah (inspiring).
8)      Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok, apabila kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. Untuk itu kepala  sekolah  diharapkan  selalu  dapat  menghargai  apa  pun  yang            dihasilkan oleh  para  mereka  yang  menjadi  tanggung jawabnya.Penghargaan  dan  pengakuan  ini  dapat  diwujudkan  dalam berbagai bentuk,  seperti  kenaikan pangkat,  fasilitas,  kesempatan mengikuti pendidikan dan sebagainya (praising).
2.    Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Manajer Pendidikan
Peranan  kepala  sekolah  sebagai  administrator  pendidikan  pada hakekatnya bahwa seorang kepala sekolah harus mempunyai pengetahuan yang  cukup  tentang  kebutuhan  nyata  masyarakat  serta  kesediaan  dan ketrampilan  untuk  mempelajari  secara  kontinyu  perubahan  yang  sedang terjadi  di  masyarakat  sehingga  sekolah  melalui  program-program pendidikan  yang  disajikan  senantiasa  dapat  menyesuaikan  diri  dengan kebutuhan baru dan kondisi baru.
Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan  pendidikan  dan  pengajaran  di  sekolahnya.  Oleh  karena itu, untuk  dapat  melaksanakan  tugasnya  dengan  baik,  kepala  sekolah hendaknya  memahami,  menguasai,  dan  mampu  melaksanakan  kegiatan-kegiatan  yang berkenaan  dengan  fungsinya  sebagai  administrator pendidikan.
Dalam kegiatan administrasi mengandung di dalamnya fungsi-fungsi   perncanaan, pengorganisasian,   pengordinasian,   pengawasan, kepegawaian,  dan pembiayaan.  Kepala  sekolah  sebagai  administrator hendaknya  mampu mengaplikasikan  fungsi-fungsi  tersebut  ke  dalam pengelolaan sekolah yang dipimpinnya.
Peran kepala sekolah  sebagai  manajer  pada suatu lembaga pendidikan Islam sangat diperlukan, sebab lembaga sebagai alat mencapai tujuan organisasi  di mana di dalamnya berkembang berbagai  macam pengetahuan, serta lembaga pendidikan yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karir sumber daya manusia, memerlukan manajer yang mampu untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan agar  lembaga  dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut  Stoner  dalam bukunya Management”,  ada  delapan macam  fungsi seorang  manajer  yang  perlu  dilaksanakan  dalam  suatu organisasi yaitu bahwa para manajer :
a.       Bekerja dengan, dan melalui orang lain.
b.      Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan.
c.       Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan.
d.      Berpikir secara realistik dan konseptual.
e.       Adalah juru menengah.
f.       Adalah seorang politisi.
g.      Adalah seorang diplomat.
h.      Pengambil keputusan yang sulit.
Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan oleh Stoner tersebut
tentu  saja  berlaku  bagi setiap  manajer  dari organisasi  apapun,  termasuk
kepala  sekolah.  Sehingga  kepala  sekolah  yang  berperan  mengelola
kegiatan  sekolah  harus  mampu  mewujudkan  kedelapan  fungsi  dalam
perilaku  sehari-hari.  Walaupun  pada  pelaksanaannya  sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sumber daya manusia, seperti para guru, staf, siswa dan
orang tua siswa, dana, sarana serta suasana dan faktor lingkungan di mana
sekolah itu berada.
Di samping mempunyai delapan fungsi manajer tersebut, kepala sekolah hendaknya memiliki sifat-sifat, misalnya berkomitmen dengan norma-norma  agama  dalam  berbicara  dan  berbuat,  memiliki  kesiapan untuk  berkorban  dengan  harta,  mengutamakan  kepentingan  umum daripada  kepentingan  pribadi,  suka  bekerja  sama  dengan  orang  lain, menghormati pendapat, dan apresiasif terhadap kemampuan dan kelebihan orang, serta sifat-sifat lain yang dapat menambah kepercayaan orang lain kepada dirinya sebagaimenejer.
Menurut Paul Hersey Cs. Dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial paling tidak diperlukan tiga macam bidang ketrampilan, yaitu : technical  skills,  human  skills dan  conceptual  skills.  Ketiga  keterampilan manajerial tersebut berbeda-beda sesuai tingkat kedudukan manajer dalam organisasi. Agar seorang kepala sekolah secara efektif dapat melaksanakan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memahami dan mampu mewujudkannya ke dalam tindakan atau perilaku nilai-nilai yang terkandung di dalam ketiga ketrampilan tersebut.
a.       Technical Skills
1)      Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus.
2)      Kemampuan  untuk  memanfaatkan  serta  mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut.
b.      Human skills
1)      Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerja sama.
2)      Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku;
3)      Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif;
4)      Kemampuan menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis;
5)      Mampu berperilaku yang dapat diterima.
c.       Conceptual skills
1)      Kemampuan analisis;
2)      Kemampuan berpikir rasional;
3)      Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi;
4)      Mampu   menganalisis   berbagai   kejadian,   serta   mampu memahami berbagai kecenderungan;
5)      Mampu mengantisipasikan perintah;
Mampu mengenali macam-macam kesempatan dan problem-problem sosial.
Dengan  dikemukakannya  pemikiran  para  pakar  seperti  Stoner, Herseyes  mampu  memperluas  serta  lebih  memantapkan  wawasan manajerial setiap kepala sekolah, sehingga lahirlah pola pikir, sikap dan perilaku kepala sekolah yang efektif, sekaligus terwujudnya sekolah yang efektif pula.
3.    Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Supervise adalah suatu aktivitas pembinanaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi sebagai salah satu fungsi pokok dalam administrasi pendidikan, bukan hanya merupakan tugas pekerjaan para pengawas, tetapi juga tugas kepala sekolah terhadap guru-guru dan pegawai-pegawai sekolahnya.
Sehubungan dengan itu,  maka kepala sekolah sebagai  supervisor hendaknya pandai meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan pendidikan di sekolah itu tercapai dengan maksimal.
Dalam melaksanakan tugas sebagai supervisor, kepala sekolah perlu memperhatikan prisnsip-prinsip sebagai berikut :
a.       Supervisi  harus  bersifat  konstruktif  dan  kreatif  sehingga menimbulkan dorongan untuk bekerja.
b.      Realitas dan mudah dilaksanakan.
c.                   Menimbulkan rasa aman kepada guru/karyawan.
d.                  Berdasarkan hubungan professional.
e.                   Harus   memperhitungkan kesanggupan dansikapguru/pegawai.
f.       Tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan kegelisahan bahkan sikap anipati dari guru.
g.                  Supervisi  tidak  boleh  didasarkan  atas  kekuasaan  pangkat, kedudukan dari kekuasaan pribadi.
h.                  Supervisi  tidak  boleh  bersifat  mencari-cari  kesalahan  dan kekurangan (supervise berbeda dengan inspeksi).
i.                    Supervisi tidak dapat terlalu cepat meghargai hasil.
j.                    Supervisi  hendaknya  juga  bersifat  prevektif,  korektif  dan kooperatif. Cepat lambatnya hasil supervisi tersebut dipengaruhi oleh beberapafaktor :
1)      Lingkungan masyarakat sekitar sekolah.
2)      Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.
3)      Tingkatan sekolah.
4)      Jenis sekolah.
5)      Keadaan (kondisi) guru dan pegawai yang ada.
6)      Kecakapan dan kemampuan kepala sekolah sendiri dalam tugasnya sebagai supervisor.
Khususnya dalam bidang pembinaan kurikulum, tugas kepala sekolah sebagai supervisor sangat penting karena justru bidang ini adalah faktor yang “strategis” untuk menentukan keberhasilan sekolah itu.
Beberapa langkah yang perlu dikerjakan kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisor antara lain :
a.       Membimbing guru agar dapat memilih metode mengajar yang tepat.
b.      Membimbing  dan  mengarahkan  guru  dalam  pemilihan  bahanpelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan masyarakat.
c.                   Mengadakan  kunjungan  kelas  yang  teratur,  untuk  observasi pada saat guru mengajar dan selanjutnya didiskusikan dengan guru.
d.                  Pada awal tahun pelajaran tahun baru, mengarahkan penyusunan silabus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
e.                   Menyelenggarakan rapat rutin untuk membawa kurikulum pelaksanaannya di sekolah.
f.                   Setiap akhir pelajaran menyelenggarakan penilaian bersama terhadap program sekolah.
Selanjutnya  sebagai implikasi tugas supervisor tersebut beberapa  hal yang perlu dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin adalah :
a.       Mengetahui  keadaan/kondisi  guru  dalam  latar  belakang kehidupan lingkungan  dan  sosial  ekonominya,  hal  ini  penting  untuk tindakan kepemimpinannya.
b.      Merangsang semangat kerja guru dengan berbagai cara.
c.       Mengusahakan  tersedianya  fasilitas  yang  diperlukan  untuk mengembangkan kemampuan guru.
d.      Meningkatkan partisipasi guru dalam kehidupan sekolah.
e.                   Membina  rasa  kekeluargaan  di  lingkungan  sekolah  antar kepala sekolah, guru, dan pegawai.
f.                   Mempercepat   hubungan   sekolah   dengan   masyarakat, khususnya BP 3 dan orang tua murid.
Pelaksanaan supervisi di sekolah selalu berkaitan dengan tipe manajemen pendidikan di sekolah. Dalam hubungan ini penjelasan Dr. Oteng
Sutisna  perlu  kita  perhatikan  ialah  bahwa  dalam  manajemen  pendidikan  di
sekolah yang demokratislah sekolah baru akan mampu menciptakan lingkungan hidup yang demokratis, di mana para guru sebagai pribadi-pribadi ikut serta dalam mengatur sekolah dan program pengajaran yang demokratis.
Disamping itu penggunaan prosedur yang demokratis  akan membuat personal  sekolah  lebih  kooperatif  dan  memberi  semangat  korps,  karena kebanyakan  personal  sekolah  menginginkan  untuk  ikut  dalam  perencanaan kebijaksanaan sekolah.
Oleh  Karena  itu,  kepala  sekolah  sebagai  supervisor  dan sekaligus sebagai pemimpin sekolah, perlu memilih penggunaan manajemen pendidikan  di  sekolah  yang  demokratis  ini  karena  dengan demikian  kepala  sekolah  akan  banyak  dibantu  dengan  datangnya  banyak saran-saran yang berharga dari para guru dan kepala sekolah yang bijaksana pasti mampu memilih pikiran yang terbaik yang berasal dari guru.

E.     Pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Sekolah di SLB Permata
Pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah di SLB Permata Ciranjang dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu sebagai berikut :
1.      Tahapan Persiapan
Pada tahapan persiapan ini, kepala sekolah menyusun perencanaan yang akan dilakukan pada tahun pelajaran yang berjalan dan biasanya tahapan ini dilaksanakan setiap tahun pelajaran, yaitu dengan melakukan inventarisasi kegiatan yang akan dilaksanakan, melakukan analisis hasil kegiatan dalam menajemen sekolah pada tahun sebelumnya, sehingga akan diketahui kekurangan dan kebaikannya program yang telah dilaksanakan sebagai bahan perbaikan selanjutnya.
Maka pada tahapan ini ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam upaya peningkatan layanan pendidikan bagi ABK, diantaranya :
a.       Penyusunan KTSP dan Rencana Pembelajaran
b.      Penatalaksanaan Administrasi Sekolah dan Menajemen Sekolah
c.       Pembinaan Ketenagaan baik Pendidik maupun Tenaga Kependidikan.
d.      Penyusunan Rencana RAPBS
e.       Pengelolaan Peserta didik
f.       Peningkatan Peran serta Masyarakat
g.      Mengembangkan Lingkungan Budaya Sekolah
Dari seluruh kegiatan tersebut, kepala sekolah berupaya agar dapat melaksanakan keseluruhan kegiatan tersebut dengan peran serta guru-guru dan tenaga lainnya.
2.      Tahapan Pelaksanaan
Sebagaimana yang telah diuraikan pada tahapan persiapan, maka dalam pelaksanaan menajemen kepala sekolah di SLB Permata Ciranjang dapat dijelaskan dari tiap-tiap kegiatan sebagai berikut :
a.       Penyusunan KTSP dan Rencana Pembelajaran
Sebelum Penyusunan KTSP dan Rencana Pembelajaran di SLB Permata melakukan kegiatan In House Training (IHT), kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat membantu sekolah, terutama dalam penyusunan KTSP dan Rencana Pembelajaran dalam bentuk Program tahunan, semester, silabus, dan RPP.
KTSP disusun oleh pihak sekolah (Kepala sekolah dan guru), orang tua siswa, Tokoh Masyarakat (yayasan). Disusun pada awal tahun pelajaran dengan divalidasi oleh pengawas dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Kegiatan IHT, dilaksanakan sebelum tahun pelajaran di mulai, biasanya dilaksanakan pada minggu I pada bulan Juli, adapun materi yang diberikan diantaranya, teknik penyusunan Silabus, RPP, menyusun Bahan Ajar, dan penyusunan instrumen penilaian. Kegiatan ini diharapkan akan dapat meningkatkan kompetensi profesional guru dalam palayanan terhadap peserta didik.
b.      Penatalaksanaan Administrasi Sekolah dan Menajemen Sekolah
Dalam kegiatan ini kepala sekolah melakukan pengadministrasian dan menajemen sekolah diantaranya melakukan pengadministrasian dalam pembagian tugas guru dalam tahun pelajaran berlangsung, serta melakukan pengadministrasian tentang kinerja guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari, misanya penyusunan silabus dan RPP, serta pengadministrasian yang berhubungan dengan pengadministrasian TPP setiap bulannya.
c.       Pembinaan Ketenagaan baik Pendidik maupun Tenaga Kependidikan.
Kegiatan pembinaan ini Kepala sekolah dengan guru-guru melakukan kegiatan pertemuan rutin tiap bulan dalam wadah KKG, dengan maksud untuk melakukan evaluasi terhadap proses layanan pendidikan yang telah dilaksanakan, sehingga permasalahan-permasalahan yang ditemui di kelas akan dapat dimusyawarahkan sehingga diharapkan akan dapat menemukan solusi yang tepat dalam upaya peningkatan layanan pendidikan terhadap ABK. Selain itu pula kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi ke kelas dalam upaya melakukan pemeriksaan dan observasi terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya di kelas, sehingga temuan-temuan hasil supervisi dapat dikomunikasikan kepada guru dalam kegiatan pertemuan rutin.
d.      Penyusunan Rencana RAPBS
Setiap tahun pelajaran di SLB Permata Ciranjang selalu menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah, sebagai upaya pelaksanaan menajemen Kepala sekolah dalam bidang Keuangan, dan biasanya penyusunan RAPBS ini disusun berdasarkan hasil musyawarah antara Kepala Sekolah, guru-guru, orang tua siswa, dan pihak yayasan. Hal ini dilakukan dalam upaya transparasi pengelolaan keuangan sekolah, sehingga penggunaan keuangan selama satu tahun berjalan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, dan tentunya dari pihak manapun dapat melakukan koreksi terhadap Kepala sekolah dalam pengelolaan keuangan tersebut.
e.       Pengelolaan Peserta didik
Pengelolaan peserta didik dapat dikelompokkan pada kegiatan sebagai berikut :
1)      Penerimaan Siswa baru
Penerimaan siswa baru merupakan kegiatan rutin tiap tahun yang dilaksanakan oleh sekolah pada awal tahun pelajaran, dari penerimaan siswa ini dapat dilanjutkan dengan kegiatan melakukan identifikasi peserta didik, yang nantinya akan dilanjutkan dengan kegiatan asesmen, dengan maksud untuk menempatkan siswa dengan layanan yang tepat.
2)      Pengembangan Kompetensi Siswa
Pengembangan kompetensi siswa dapat dilaksanakan dengan kegiatan pengembangan diri dan kegiatan ekstrakulikuler, dengan maksud agar para siswa memiliki kompetensi dalam memenuhi kebutuhannya sebagai manusia, diantaranya keterampilan mengurus diri, berkomunikasi dengan baik, dan dapat hidup mandiri. Selain itu pula pihak sekolah selalu ikut serta mengikuti kegiatan Lomba Kreativitas Siswa Hasil Belajar yang diselenggarakan oleh Bidang PLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa barat setiap tahunnya.
3)      Prestasi Siswa
Prestasi siswa belum ada yang berprestasi di tingkat Provinsi, meskipun demikian pada tahun 2012 ini, mudah-mudahan siswa-siswa kami dapat berprsetsi di tingkat Provinsi, karena pada tahun ini alhamdulillah siswa SLB Permata ada yang mewakili Kabupaten Cianjur utuk mengikuti Lomba di tingkat Provinsi.
f.       Peningkatan Peran serta Masyarakat
Peran serta masyarakat semenjak SLB Permata Dirintis sampai saat ini spatut dibanggakan, karena mereka telah berkontribusi dengan baik terhadap SLB, sehingga penyelenggaraan SLB Permata hampir tidak ada kendala sampai saat ini, terutama dari masyarakat lingkungan sekolah.
g.      Mengembangkan Lingkungan Budaya Sekolah
SLB Permata telah mencoba dan sampai saat ini masih dilakukan dan akan terus ditingkatkan, yaitu budaya bersih dan Hijau, maksudnya kepada seluruh komponen sekolah agar selalu memperhatikan kebersihan dan penenaman pohon di lingkungan sekolah, sehingga di SLB Permata apabila ada lahan kosong harus ditanami tanaman yang bermanfaat. Dengan harapan tampilan SLB Permata lebih Asri dan Sejuk.
3.      Tahapan Evaluasi
Tahapan evaluasi ini adalah kegiatan melakukan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam rangka menajemen sekolah dalan satu tahun pelajaran, adapun tujuan dari pelaksanaan evaluasi ini adalah untuk mengetahui kekurangan serta kelebihan dalam pelaksanaan kegiatan kepala sekolah. Sehingga akan memberikan masukan yang bermanfaat bagi kepala sekolah dalam memperbaiki pengelolaan sekolah tahun berikutnya.
F.     Kesulitan-Kesulitan yang dihadapi dalam Pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Setelah kegiatan menajemen kepala sekolah dilaksanakan dalam tahun pelajaran yang berlangsung, ada beberapa kesulitan-kesulitan yang dihadapi diantaranya :
1.    Kurangnya SDM, terutama Guru yang mendukung terhadap pelaksanaan peningkatan layanan pendidikan bagi ABK di SLB Permata, hal ini disebabkan jumlah siswa dengan jumlah guru tidak seimbang, sehingga optimalisasi layanan kurang memadai, karena ada guru yang mengajar dalam satu kelas dengan siswa yang memiliki jenis kelainan yang berbeda, misalnya anak tunarungu digabungkan dengan anak tunagrahita.
2.    Peran serta orang tua belum maksimal, hal ini dapat dilihat sampai saat ini dari pihak orang tua belum ada pengaduan-pengaduan tentang pelaksanaan layanan pendidikan di sekolah, sehingga Kepala sekolah tidak dapat mengetahui sampai sejauhmana pelayanan yang diberikan terhadap peserta didik telah sesuai dengan harapan orang tua atau belum, meskipun dalam rapat awal tahun pelajaran orang tua ikut hadir, tetapi koreksi selama satu tahun berjalan tidak dilakukan oleh orang tua.
G.    Upaya-upaya uang dilakukan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi
Upaya-upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah mengatasi kesulitan yang dihadapi diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Melakukan pengadaan tenaga pendidik, yaitu dengan menganggkat Guru tidak tetap/GTY, untuk membantu kekurangan tenaga pengajar, meskipun pendidikannnya bukan dari PLB, tetapi mereka sedang melanjutkan pendidikannya di UPI jurusan PLB.
2.    Melakukan konsolidasi dan sosialisasi dengan orang tua, dengan harapan mereka akan lebih memahami pentingnya peran orang tua dalam meningkatkan layanan pendidikan terhadap ABK di SLB Permata Ciranjang.